Tolong, Berhenti.
Untuk orang-orang yang meragukan mimpiku, hanya karena tidak sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi yang ditimpakannya terhadapku; pesanku hanya satu, tolong berhenti. Berhenti untuk mengatur hidup orang lain. Berhenti untuk memaksakan keinginanmu dengan cara bercermin pada cermin orang lain. Berhenti untuk berjalan menggunakan kaki orang lain.
Sepatuku, sudah aku sesuaikan dengan ukuranku, jalan yang aku tuju: berkerikil, penuh debu, kadang licin, dan kadang aku pun tersandung beberapa bebatuan. Aku pun terus berusaha dan belajar untuk melangkahkan kakiku ini ke arah yang nantinya bisa membawaku menuju tempat peristirahatan terbaik. Atas semua susah-senangku, lelah-letihku, dan tentang sebuah perjalanan panjang.
Tidak instan, memang. Namanya juga proses. Bukankah akan lebih baik ketika saling mendoakan? Terima kasih sebelumnya, tapi tolong... berhenti untuk lelah-lelah memikirkan impian orang lain. Apalagi sampai mencoba mematahkannya.
Aku sudah merasa cukup dengan apa yang aku miliki dan aku jalani saat ini dengan sepenuh hati. Sejatinya, kebahagiaan datangnya dari hati, pun dari pikiran. Belajarlah tentang makna cukup, bukan berarti tidak mau berusaha lebih. Namun, tentang rasa kebersyukuran yang seharusnya lebih besar daripada menyesali dan berkeluh-kesah tiada berujung.
Comments
Post a Comment