Mari Bersinergi, Selamatkan Ibu Pertiwi

Mari Bersinergi, Selamatkan Ibu Pertiwi
( Sirli Fitriani, UPI Kampus Serang )

Pict by @sirlifitriani_
Inspired Design by PicsArt

Mengingat kilas balik di awal tahun 2020 yang begitu penuh dengan cerita. Menyimpan berbagai hikmah yang mungkin bisa dipetik sebagai ibrah dalam mengarungi kehidupan yang silih berganti setiap harinya. Berbagai dinamika yang terjadi mulai dari bencana banjir, longsor, dan erupsi gunung merapi yang belum lama ini menimpa Indonesia, mau tidak mau harus siap dilalui dengan kebesaran hati juga tentunya senantiasa diiringi ikhtiar serta doa yang tak henti untuk mencari setiap titik penyelesaiannya. Jauh sebelum telinga ini bosan mendengar sebuah kata yang berulang kali menjadi sebuah polemik sekaligus kekhawatiran bersama, saya hanyalah seorang mahasiswa yang menyukai dunia kepenulisan dan suka mengamati media serta berita yang beredar di dunia maya. 

     Corona Virus Disease (Covid-19), sebuah frasa yang awalnya terdengar asing di kepala namun lama-kelamaan menjadi sebuah tanda tanya besar yang berujung pada rasa penasaran yang meminta untuk ada jawabnya. Saya tidak begitu ingat jelas kapan kali pertama saya mendengar kata virus corona atau lebih dikenal dengan sebutan Covid-19 itu sendiri. Yang saya ingat adalah awalnya saya mengetahui virus ini berasal dari Wuhan yang merupakan salah satu pusat kota di China dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit yang kala itu diberitakan sedang benar-benar dalam masa kritisnya, di mana ratusan bahkan ribuan orang tercatat kasusnya dan tak sedikit dari mereka dinyatakan positif terinfeksi virus corona sehingga korban yang meninggal pun terus bertambah setiap harinya.

          Hampir semua siaran layar kaca di rumah tak henti-hentinya menyajikan informasi mengenai berita terkait virus corona seperti: TVRI, TVOne, MetroTV, iNews, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, berbagai sosial media juga memberitakan tentang hal yang sama. Hingga pada suatu waktu saya ingat betul pada hari Minggu, 26 Januari 2020 saya sempat membuat tweet di twitter yang berisi  masa inkubasi saat terkena #VirusCorona itu bisa dua hari sampai dua minggu, sehingga tidak langsung otomatis berefek pada hari itu, jadi harus benar-benar waspada banget walaupun sebelumnya sudah dicek pakai therm screen, bisa tidak terdeteksi pas saat itu guys! Stay safe! selepas saya menonton berita di salah satu stasiun televisi nasional mengenai wabah virus corona yang disampaikan oleh salah seorang dokter perempuan yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, waktu itu.

    Sebelumnya, saya tidak begitu merasa khawatir terhadap negara saya sendiri (Indonesia) terkait hal ini karena saya pikir dampak dari virus corona ini tidak seberapa bahaya melihat gejala-gejala yang ditimbulkan mula-mula seperti demam atau flu, rasanya sudah lazim ditemukan di Indonesia, khususnya diri saya sendiri pernah merasakan. Selain itu, menurut saya wabah penyakit ini sangat jauh dan kecil kemungkinan dalam penyebarannya ke Indonesia karena dari berita yang saya dapatkan waktu itu Wuhan, China yang dianggap sebagai awal mula yang menyebabkan virus ini berkembang telah diisolasi atau dikarantina (lockdown) total sebagai upaya agar tidak terjadi penyebaran lebih luas lagi. Ditambah lagi, banyak sekali warga negara Indonesia atau kalau anak zaman sekarang lazim menyebutnya warga +62 yang membuat salah satu meme di sosial media seperti yang saya temukan di instagram terkait virus corona ini yang mana intinya berisi bahwa orang-orang Indonesia itu kuat dan kebal sehingga virus corona ini tidak akan berani ke Indonesia. 

       Berbagai tanggapan pro dan kontra pun kian membanjiri kolom komentar di postingan tersebut serta tidak sedikit pula dari teman-teman saya yang juga tertarik untuk ikut me-repost unggahan tersebut untuk kemudian disebarluaskan. Awalnya memang terkesan lucu, namun angapan saya sebelumnya mengenai wabah ini salah dan sangatlah berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Saya sangat merasa sedih mengingat andaikata semua orang menganggap wabah penyakit atau pandemi yang sudah menjadi masalah yang mendunia ini ditanggapi sebagai hal yang sepele, maka yang terjadi adalah akan menyebabkan darurat kesehatan akibat virus corona yang semakin tinggi angka penyebarannya. 

       Pada bulan Januari hingga awal Maret, saya masih bisa berkumpul bersama teman-teman, melaksanakan pembelajaran seperti biasanya di kelas (kampus), pergi ke pasar ataupun pergi ke luar rumah dengan berbagai aktivitas tanpa hambatan yang berarti. Bahkan, pada tanggal 13-15 Maret 2020 saya dan teman-teman angkatan 2019 masih bisa beraktivitas yakni salah satunya mengikuti kegiatan “Masa Orientasi Dasar Pramuka (MODP)” selama kurang lebih tiga hari dua malam di salah satu Bukit Perkemahan di daerah Walantaka, Serang-Banten. Selama pelaksanaan, kami (para peserta) tidak diperkenankan untuk membawa barang-barang elektronik termasuk salah satunya telepon genggam, sehingga kami tidak mengetahui informasi terkini mengenai wabah penyakit ini. 

      Suatu ketika, tepat saat malam puncak kegiatan MODP, salah satu kakak panitia yang bernama Nur Halimah, selaku Ketua Umum Racana Putri menyampaikan informasi penting kepada kami yakni mengenai informasi terbaru mengenai wabah virus corona ini di antaranya tentang surat keputusan sesuai dengan kebijakan pemerintah maka Rektor Universitas Pendidikan Indonesia menghimbau untuk mengurangi kegiatan di luar rumah ataupun kegiatan yang melibatkan orang banyak, serta dikabarkan kalau kegiatan pembelajaran (tatap muka) di kampus selama dua minggu ke depan akan dialihkan menjadi daring atau online (learn from home). Namun, pihak panitia penyelenggara MODP memutuskan untuk tetap melangsungkan kegiatan ini karena sudah terlanjur dilaksanakan dan mengingat kegiatan ini hampir selesai. Sehingga, mereka hanya menghimbau kepada para peserta agar tetap waspada dan senantiasa menjaga kondisi kesehatan, tidak lupa untuk mencuci tangan setelah melakukan aktivitas serta berdoa semoga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

       Demi menekan angka kasus ini, berbagai kebijakan pemerintah yang sebelumnya hanya sekedar menghimbau untuk melakukan social distancing atau melakukan pembatasan sosial seperti menjaga jarak dan mengurangi komunikasi secara dekat, menghimbau untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan khususnya mencuci tangan, saat ini pemerintah juga membuat kebijakan agar masyarakat Indonesia tetap berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah yang melibatkan banyak orang seperti perkumpulan, pesta pernikahan, atau bepergian ke luar rumah jika hal tersebut dirasa tidak benar-benar penting. Tidak hanya itu, pemerintah juga menutup sebagian mall-mall yang ada di pusat kota. Meski tidak semua ditutup, pemerintah membatasi jam operasional toko-toko yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok seperti beras, buah, sayur, dan lainnya tidak full selama 24 jam. Bahkan, pemerintah juga menyarankan untuk tidak melakukan mudik atau pulang ke kampung halaman dalam waktu dekat ini demi menghindari penyebaran virus corona lebih jauh lagi dengan menutup atau melakukan pembatasan pada akses transportasi umum seperti di bandara, stasiun, dan terminal. Akhirnya, ruang-ruang untuk beraktivitas terasa lebih sempit bahkan di kampung tempat saya tinggal sempat hendak mengadakan tasyakuran untuk memperingati bulan Rajab sementara ini tidak diizinkan oleh Bapak Kepala Desa dikarenakan adanya wabah virus corona ini, sehingga untuk meminimalisir terjadinya penyebaran virus corona lebih luas lagi kegiatan tersebut ditunda atau ditiadakan sementara sampai keadaan kembali normal. 

      Saya berharap semoga pemerintah bisa lebih tegas dan lebih bijak dalam mempertimbangkan dengan melihat risiko serta dampak dari sebuah realisasi dari berbagai keputusan yang telah dibuat. Tetapi, sejauh ini pemerintah sudah sangat luar biasa bergerak secara sigap untuk menangani masalah virus corona ini. Berbagai kebijakan yang telah dilakukan patut kita berikan sebuah apresiasi. Namun, tidaklah cukup jika hanya pemerintah yang bekerja untuk meminimalisir penyebaran virus ini, tetapi dibutuhakan juga peran serta dan juga kerja sama yang baik dari warga negara Indonesia itu sendiri untuk saling bersinergi mewujudkan kondisi kesehatan Indonesia agar pulih kembali. Setidaknya, masyarakat mematuhi himbauan dan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Itu sudah sangat membantu. a

    Bayangkan jika masyarakat tidak mengikuti arahan dari pemerintah, apa yang akan terjadi? Bisa dipastikan virus corona ini akan merebak dan menginfeksi lebih banyak lagi. Sehingga, tidak hanya hitungan jari, bahkan bisa jadi angka kematian akan jauh lebih besar jika kita tidak mau menaatinya. Apakah kita mau? Tentu tidak, bukan? Saya yakin, pemerintah melakukan hal tersebut tidak lain adalah untuk kebaikan kita bersama. 

      Kita harus berpikir selangkah lebih jauh, selangkah lebih maju. Berapa jumlah rumah sakit yang sanggup menampung pasien kasus ini mengingat jutaan jiwa yang ada di Indonesia, dan berapa jumlah tenaga medis yang ahli di bidangnya mulai dari dokter spesialis, perawat, suster, serta mereka yang berupaya dan terjun secara langsung demi menyelamatkan orang-orang yang dinyatakan positif terjangkit virus yang mematikan ini. Jumlah mereka tidak sebanding dengan jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia yang sangatlah banyak. Jika kita tidak bisa menjadi bagian dari mereka, setidaknya kita memberikan dukungan baik itu berupa dana jika kita mampu, menyumbangkan pikiran kita dengan memberikan informasi yang benar, tidak menyebarkan infromasi yang bersifat palsu atau hoax, atau bahkan kalau kita tidak bisa melakukan hal tersebut sedikitnya kita memberikan dukungan berupa semangat dan doa untuk mereka, serta kita menjadi garda terdepan untuk diri kita pribadi agar terhidar dari virus corona ini. 

       Jujur, saya merasa kagum dan merasa iri melihat segenap para pejuang kemanusiaan baik itu yang menyumbangkan hartanya, tenaganya, bahkan mereka rela mempertaruhkan jiwanya untuk menangani masalah ini. 


       Namun, di tengah situasi seperti saat ini saya juga sangat geram melihat tingkah laku orang atau oknum yang memanfaatkan momen ini untuk mencari sebuah keuntungan untuk memperkaya dirinya pribadi seperti yang saya saksikan di segelintir berita dan sosial media mulai dari penimbunan masker yang kemudian dijual dengan harga yang amat sangat tinggi, pembuatan handsanitizer yang tidak sesuai standar, pemalsuan data yang berkedok donasi kemanusiaan membantu korban virus corona, serta yang baru-baru ini diberitakan ialah oknum yang menimbun masker bekas sekali pakai untuk dijual kembali. Sungguh sangat memprihatinkan dan miris sekali mendengarnya. Seharusnya, disaat kondisi seperti ini hati kita tergerak untuk saling membantu meminimalisir angka kasus pandemi virus corona ini. Mengingat saat ini, angka kasus yang diakibatkan oleh virus corona per tanggal 30 Maret 2020 pukul 15:32 WIB tercatat sedikitnya 1285 orang dinyatakan positif, dan 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 orang meninggal.

      Maka dari itu, saya mencoba mengajak kepada semua masyarakat untuk bisa open minded, membuka mata dan telinga walaupun hanya melalui postingan di sosial media yang saya punya bahwa kita harus bisa bangkit melawan virus ini, kita pasti bisa melewati semua ujian ini jika kita mau bekerja sama, mau bersinergi menjalankan serangkaian kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah serta saran dari para ahli untuk sementara stay at home, jangan pergi kemana-mana dahulu, terapkan social distancing, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun, makanlah makanan yang bergizi, tahan terlebih dahulu hawa nafsu kita untuk piknik dan juga mudik, hanya kali ini saja, demi kebaikan kita bersama. Hingga semesta berkata “Keadaan sudah membaik, bumi telah sembuh dari sakit, kamu bisa bercengkrama kembali, di negeri ini, Ibu Pertiwi…"


 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - 
     Saya, Sirli Fitriani. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang mengajak kepada teman-teman semuanya untuk bisa bersama-sama menyatukan tekad dan semangat untuk bisa berperan serta sesuai kapasitasnya dalam menghadapi Covid-19 ini dengan sebaik-baiknya. 

     Lockdown diri sendiri bukan berarti kita diam tanpa ada aksi. Yuk, mari kita sama-sama bersinergi, selamatkan Ibu Pertiwi. Bila tak bisa dengan harta, kau masih punya tenaga, namun jika kau pun tak bisa, jadilah manusia yang bijak yang setidaknya dapat berkontribusi melalui cara lainnya baik itu menjaga diri kita, orang terdekat kita untuk mengikuti arahan dari pemerintah dan para ahli, demi kebaikan bersama. Mari kita mulai dan lanjutkan langkah kita dalam menghadapi Covid-19 ini dengan menjadi garda terdepan dimulai dari diri kita sendiri. 






Salam manis dariku,
シルラ・フトリアニ

Comments

Popular Posts