Uraian dan Analisis Layanan Bimbingan Belajar Melalui Video Yang Berjudul "Make A Difference Video"
ANALISIS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI VIDEO
MAKE A DIFFERENCE MOVIE
TUGAS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Ima Nimah Chudari, M. Pd
Nama : Sirli Fitriani
NIM : 1905897
Kelas : 1B PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
2020
Dari video yang berjudul "Make A Difference Movie”, saya di sini hendak mencoba menguraikan dan menganalisis berbagai tahapan kegiatan yang kaitannya dengan layanan bimbingan belajar mulai dari identifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi (remedial atau referal), serta evaluasi dan follow up.
Berikut telah saya rangkum dalam tabel di bawah ini:
1. Identifikasi Kasus
Dalam video tersebut, siswa yang ditandai atau diduga memerlukan layanan bimbingan ialah Teddy Stallard. Seorang siswa yang saat itu duduk di bangku kelas 5 SD. Miss Thomson selaku guru kelasnya ketika awal kali pertemuan pembelajaran memulainya dengan menyapa para muridnya dan menyampaikan bahwa ia akan membantu dan menyayangi semua siswanya tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, (hal ini awalnya terkesan seperti sebuah kebohongan) karena Teddy Stallard yang pada waktu itu ia duduk di barisan paling depan dengan penampilan yang lusuh dan kotor, acuh tak acuh, bahkan sikap yang ia tunjukkan selama proses pembelajaran itu tidak wajar seperti siswa-siswa lainnya seakan tidak diperhatikan oleh Miss Thomson. Untungnya, di sekolah tempat Miss Thomson mengajar ada aturan yang mewajibkan semua guru untuk melihat kembali riwayat perkembangan siswa baik itu prestasinya, sikapnya, dan lain sebagainya.
Menurut saya, hal ini merupakan suatu cara yang sangat baik untuk mengetahui trek record dari tiap siswa sehingga dapat memudahkan sang guru dalam menangani dan mengidentifikasi manakah siswa yang memang memerlukan suatu layanan bimbingan belajar. Dari sini jugalah akhirnya Miss Thomson mencoba untuk menggali informasi lebih jauh mengenai siswa-siswanya, khususnya Teddy. Ternyata, setelah ia membaca hasil rekam jejak belajar (rapor) beberapa tahun kebelakang yaitu saat Teddy duduk di kelas 4, tertulis bahwa Teddy merupakan siswa yang jarang berkumpul dan bermain bersama teman-temannya, serta penampilannya pun lusuh dan kotor.
Namun, hal ini sangat berbanding terbalik dengan hasil pencapaian Teddy semasa kelas 1, 2 dan 3 di mana tercatat bahwa ia merupakan siswa yang cemerlang dan tertawa lepas bersama teman-temannya. Perilakunya sopan dan ia selalu baik dalam mengerjakan tugas. Dari uraian tersebut, penulis mengidentifikasi bahwa pasti terdapat suatu masalah yang menyebabkan Teddy menjadi berubah seperti ini.
2. Identifikasi Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada tahap 1 yakni identifikasi kasus, penulis mendapati sebuah titik masalah yang akhirnya membuat sikap dan hasil belajar Teddy menjadi sangat tidak bagus bahkan tidak menyenangkan, ternyata ada beban yang ia tanggung dan ia mengalami situasi yang sangat sulit yang ia tahan sejak kelas 2 SD. Ibunya sakit keras dan berjuang antara hidup dan mati. Dalam catatan guru kelas 2, Teddy merupakan anak yang luar biasa. Namun, saat beranjak kelas 3, gurunya menuliskan bahwa Teddy begitu sangat terpukul setelah kepergian Ibunya untuk selama-lamanya, padahal ia sudah berusaha semaksimal yang ia bisa dalam belajar namun tetap tidak bisa karena Ayahnya sama sekali tidak mendukungnya. Dari yang penulis tangkap dan coba analisis, pada saat ini kondisi Teddy sedang benar-benar down atas kepergian ibunya dan sangat membutuhkan tempat untuk bersandar. Seharusnya, Ayahnya bisa memberikan dorongan dan semangat baik moriil maupun materiil.
Akhirnya, dari sekelumit masalah yang Teddy alami dapat ditarik sebuah asumsi bahwa Teddy mengalami masalah yang kompleks. Diusaianya yang begitu amat belia, ia harus dihadapkan dengan dinamika kehidupan yang sangat menguji baik mental dan psikologisnya. Hal inilah yang menyebabkan akhirnya Teddy menjadi anak yang pemurung suka menyendiri, jarang bergabung bersama teman-temannya, sikap dan hasil belajarnya pun menjadi kurang baik.
3. Diagnosis
Selanjutnya, pada tahap ini penulis mendoignosis bahwa Teddy mengalami kesulitan belajar bukan karena faktor ia tidak cerdas, tetapi karena iklim keluarga di rumah yang saat itu tidak harmonis lagi semenjak kematian Ibunya yang akhirnya menyebabkan Teddy kehilangan motivasi belajar ditambah lagi kurangnya perhatian dari sang Ayah. Hal ini dapat dibuktikan melalui data-data yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya.
4. Mengadakan Prognosis
Langkah selanjutnya, guru melakukan prognosis agar dapat mengatasi segala permasalahan yang dialami oleh Teddy. Menurut saya, dari video tersebut saya melihat ada alternatif bahkan masih sangat bisa untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Teddy. Kalau penulis coba integrasikan dengan langkah-langkah sebelumnya, sebenarnya sang guru sudah melakukan langkah yang bagus dengan mengecek trek record seluruh siswa, khususnya yang perlu perhatian lebih yakni Teddy. Ketika Miss Thomson mengetahui bahwa Teddy ini berada dalam sebuah masalah, apalagi kalau yang diceritakan dalam video tersebut ketika momen tukar kado saat natal Teddy menjadi salah satu pusat perhatian Miss Thomson, dan ketika ia mengetahui alasan ia membawa kado dengan seadanya. Dari situlah Miss Thomson tersadar dan sangat sedih melihat kondisinya Teddy sehingga menggerakkan hatinya untuk tidak hanya sekedar mengajar membaca, menulis, dan menghitung tetapi juga memberikan suatu layanan bimbingan belajar kepada Teddy.
5. Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan)
Kalau saya boleh katakan, langkah Miss Thomson melakukan tindakan remedial dalam artian memberikan perhatian khusus kepada Teddy itu membuahkan hasil yang sangat baik sehingga pikiran dan semangatnya Teddy kembali. Hal ini dapat dilakukan sendiri dan tidak perlu membuat referral (rujukan) kepada pembimbing khusus/pembimbing lain untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh Teddy karena Miss Thomson menyesali sikapnya selama ini kepada Teddy hingga akhirnya ia mendedikasikan diri untuk mengajar anak-anak. Sejak saat inilah, akhirnya sedikit demi sedikit Teddy mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
6. Evaluasi dan Follow Up
Berbagai langkah evaluasi dan follow up yang dilakukan oleh Miss Thomson seperti dengan memberikan porsi perhatian yang lebih, membuahkan hasil yang signifikan hingga akhirnya Teddy bisa menjadi juara kelas. Miss Thomson juga mengevaluasi dirinya sendiri yang ketika awal mungkin ia sempat mengatakan bahwa ia akan menyayangi semua siswanya tanpa ada yang dibedakan. Namun, pada kenyataannya ia memberikan porsi rasa sayang yang lebih kepada Teddy, baik itu kasih sayang maupun perhatian layaknya kepada anak ia sendiri.
Layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh Miss Thomson kepada Teddy dapat dikatakan sebagai sebuah keberhasilan jangka panjang (long term) yang mana hal itu tergambar dalam video ini saat setelah lulus sekolah, saat hendak melanjutkan kuliah, ketika ia melanjutkan studinya kembali Miss Thomson adalah tetap menjadi guru terbaiknya. Bahkan ketika Teddy hendak menikah, ia pun berharap kepada Miss Thomson untuk mendampinginya sebagai pengganti orangtuanya yang telah tiada.
Miss Thomson adalah salah satu cerminan seorang pembimbing yang luar biasa hebat. Kesadarannya akan sebuah realita bahwa anak didiknya itu mengalami suatu masalah sehingga ia tergerak untuk bisa maksimal dalam meniti setiap solusi hingga akhirnya Teddy bisa menilai dan sadar bahwa dirinya penting dan dapat menghadapi segala sesuatu dengan cara yang berbeda hingga ia bisa mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Sabtu, 18 April 2020
シルラ・フトリアニ
Comments
Post a Comment