Monday, March 30, 2020

Mari Bersinergi, Selamatkan Ibu Pertiwi

Mari Bersinergi, Selamatkan Ibu Pertiwi
( Sirli Fitriani, UPI Kampus Serang )

Pict by @sirlifitriani_
Inspired Design by PicsArt

Mengingat kilas balik di awal tahun 2020 yang begitu penuh dengan cerita. Menyimpan berbagai hikmah yang mungkin bisa dipetik sebagai ibrah dalam mengarungi kehidupan yang silih berganti setiap harinya. Berbagai dinamika yang terjadi mulai dari bencana banjir, longsor, dan erupsi gunung merapi yang belum lama ini menimpa Indonesia, mau tidak mau harus siap dilalui dengan kebesaran hati juga tentunya senantiasa diiringi ikhtiar serta doa yang tak henti untuk mencari setiap titik penyelesaiannya. Jauh sebelum telinga ini bosan mendengar sebuah kata yang berulang kali menjadi sebuah polemik sekaligus kekhawatiran bersama, saya hanyalah seorang mahasiswa yang menyukai dunia kepenulisan dan suka mengamati media serta berita yang beredar di dunia maya. 

     Corona Virus Disease (Covid-19), sebuah frasa yang awalnya terdengar asing di kepala namun lama-kelamaan menjadi sebuah tanda tanya besar yang berujung pada rasa penasaran yang meminta untuk ada jawabnya. Saya tidak begitu ingat jelas kapan kali pertama saya mendengar kata virus corona atau lebih dikenal dengan sebutan Covid-19 itu sendiri. Yang saya ingat adalah awalnya saya mengetahui virus ini berasal dari Wuhan yang merupakan salah satu pusat kota di China dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit yang kala itu diberitakan sedang benar-benar dalam masa kritisnya, di mana ratusan bahkan ribuan orang tercatat kasusnya dan tak sedikit dari mereka dinyatakan positif terinfeksi virus corona sehingga korban yang meninggal pun terus bertambah setiap harinya.

          Hampir semua siaran layar kaca di rumah tak henti-hentinya menyajikan informasi mengenai berita terkait virus corona seperti: TVRI, TVOne, MetroTV, iNews, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, berbagai sosial media juga memberitakan tentang hal yang sama. Hingga pada suatu waktu saya ingat betul pada hari Minggu, 26 Januari 2020 saya sempat membuat tweet di twitter yang berisi  masa inkubasi saat terkena #VirusCorona itu bisa dua hari sampai dua minggu, sehingga tidak langsung otomatis berefek pada hari itu, jadi harus benar-benar waspada banget walaupun sebelumnya sudah dicek pakai therm screen, bisa tidak terdeteksi pas saat itu guys! Stay safe! selepas saya menonton berita di salah satu stasiun televisi nasional mengenai wabah virus corona yang disampaikan oleh salah seorang dokter perempuan yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, waktu itu.

    Sebelumnya, saya tidak begitu merasa khawatir terhadap negara saya sendiri (Indonesia) terkait hal ini karena saya pikir dampak dari virus corona ini tidak seberapa bahaya melihat gejala-gejala yang ditimbulkan mula-mula seperti demam atau flu, rasanya sudah lazim ditemukan di Indonesia, khususnya diri saya sendiri pernah merasakan. Selain itu, menurut saya wabah penyakit ini sangat jauh dan kecil kemungkinan dalam penyebarannya ke Indonesia karena dari berita yang saya dapatkan waktu itu Wuhan, China yang dianggap sebagai awal mula yang menyebabkan virus ini berkembang telah diisolasi atau dikarantina (lockdown) total sebagai upaya agar tidak terjadi penyebaran lebih luas lagi. Ditambah lagi, banyak sekali warga negara Indonesia atau kalau anak zaman sekarang lazim menyebutnya warga +62 yang membuat salah satu meme di sosial media seperti yang saya temukan di instagram terkait virus corona ini yang mana intinya berisi bahwa orang-orang Indonesia itu kuat dan kebal sehingga virus corona ini tidak akan berani ke Indonesia. 

       Berbagai tanggapan pro dan kontra pun kian membanjiri kolom komentar di postingan tersebut serta tidak sedikit pula dari teman-teman saya yang juga tertarik untuk ikut me-repost unggahan tersebut untuk kemudian disebarluaskan. Awalnya memang terkesan lucu, namun angapan saya sebelumnya mengenai wabah ini salah dan sangatlah berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Saya sangat merasa sedih mengingat andaikata semua orang menganggap wabah penyakit atau pandemi yang sudah menjadi masalah yang mendunia ini ditanggapi sebagai hal yang sepele, maka yang terjadi adalah akan menyebabkan darurat kesehatan akibat virus corona yang semakin tinggi angka penyebarannya. 

       Pada bulan Januari hingga awal Maret, saya masih bisa berkumpul bersama teman-teman, melaksanakan pembelajaran seperti biasanya di kelas (kampus), pergi ke pasar ataupun pergi ke luar rumah dengan berbagai aktivitas tanpa hambatan yang berarti. Bahkan, pada tanggal 13-15 Maret 2020 saya dan teman-teman angkatan 2019 masih bisa beraktivitas yakni salah satunya mengikuti kegiatan “Masa Orientasi Dasar Pramuka (MODP)” selama kurang lebih tiga hari dua malam di salah satu Bukit Perkemahan di daerah Walantaka, Serang-Banten. Selama pelaksanaan, kami (para peserta) tidak diperkenankan untuk membawa barang-barang elektronik termasuk salah satunya telepon genggam, sehingga kami tidak mengetahui informasi terkini mengenai wabah penyakit ini. 

      Suatu ketika, tepat saat malam puncak kegiatan MODP, salah satu kakak panitia yang bernama Nur Halimah, selaku Ketua Umum Racana Putri menyampaikan informasi penting kepada kami yakni mengenai informasi terbaru mengenai wabah virus corona ini di antaranya tentang surat keputusan sesuai dengan kebijakan pemerintah maka Rektor Universitas Pendidikan Indonesia menghimbau untuk mengurangi kegiatan di luar rumah ataupun kegiatan yang melibatkan orang banyak, serta dikabarkan kalau kegiatan pembelajaran (tatap muka) di kampus selama dua minggu ke depan akan dialihkan menjadi daring atau online (learn from home). Namun, pihak panitia penyelenggara MODP memutuskan untuk tetap melangsungkan kegiatan ini karena sudah terlanjur dilaksanakan dan mengingat kegiatan ini hampir selesai. Sehingga, mereka hanya menghimbau kepada para peserta agar tetap waspada dan senantiasa menjaga kondisi kesehatan, tidak lupa untuk mencuci tangan setelah melakukan aktivitas serta berdoa semoga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

       Demi menekan angka kasus ini, berbagai kebijakan pemerintah yang sebelumnya hanya sekedar menghimbau untuk melakukan social distancing atau melakukan pembatasan sosial seperti menjaga jarak dan mengurangi komunikasi secara dekat, menghimbau untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan khususnya mencuci tangan, saat ini pemerintah juga membuat kebijakan agar masyarakat Indonesia tetap berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah yang melibatkan banyak orang seperti perkumpulan, pesta pernikahan, atau bepergian ke luar rumah jika hal tersebut dirasa tidak benar-benar penting. Tidak hanya itu, pemerintah juga menutup sebagian mall-mall yang ada di pusat kota. Meski tidak semua ditutup, pemerintah membatasi jam operasional toko-toko yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok seperti beras, buah, sayur, dan lainnya tidak full selama 24 jam. Bahkan, pemerintah juga menyarankan untuk tidak melakukan mudik atau pulang ke kampung halaman dalam waktu dekat ini demi menghindari penyebaran virus corona lebih jauh lagi dengan menutup atau melakukan pembatasan pada akses transportasi umum seperti di bandara, stasiun, dan terminal. Akhirnya, ruang-ruang untuk beraktivitas terasa lebih sempit bahkan di kampung tempat saya tinggal sempat hendak mengadakan tasyakuran untuk memperingati bulan Rajab sementara ini tidak diizinkan oleh Bapak Kepala Desa dikarenakan adanya wabah virus corona ini, sehingga untuk meminimalisir terjadinya penyebaran virus corona lebih luas lagi kegiatan tersebut ditunda atau ditiadakan sementara sampai keadaan kembali normal. 

      Saya berharap semoga pemerintah bisa lebih tegas dan lebih bijak dalam mempertimbangkan dengan melihat risiko serta dampak dari sebuah realisasi dari berbagai keputusan yang telah dibuat. Tetapi, sejauh ini pemerintah sudah sangat luar biasa bergerak secara sigap untuk menangani masalah virus corona ini. Berbagai kebijakan yang telah dilakukan patut kita berikan sebuah apresiasi. Namun, tidaklah cukup jika hanya pemerintah yang bekerja untuk meminimalisir penyebaran virus ini, tetapi dibutuhakan juga peran serta dan juga kerja sama yang baik dari warga negara Indonesia itu sendiri untuk saling bersinergi mewujudkan kondisi kesehatan Indonesia agar pulih kembali. Setidaknya, masyarakat mematuhi himbauan dan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Itu sudah sangat membantu. a

    Bayangkan jika masyarakat tidak mengikuti arahan dari pemerintah, apa yang akan terjadi? Bisa dipastikan virus corona ini akan merebak dan menginfeksi lebih banyak lagi. Sehingga, tidak hanya hitungan jari, bahkan bisa jadi angka kematian akan jauh lebih besar jika kita tidak mau menaatinya. Apakah kita mau? Tentu tidak, bukan? Saya yakin, pemerintah melakukan hal tersebut tidak lain adalah untuk kebaikan kita bersama. 

      Kita harus berpikir selangkah lebih jauh, selangkah lebih maju. Berapa jumlah rumah sakit yang sanggup menampung pasien kasus ini mengingat jutaan jiwa yang ada di Indonesia, dan berapa jumlah tenaga medis yang ahli di bidangnya mulai dari dokter spesialis, perawat, suster, serta mereka yang berupaya dan terjun secara langsung demi menyelamatkan orang-orang yang dinyatakan positif terjangkit virus yang mematikan ini. Jumlah mereka tidak sebanding dengan jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia yang sangatlah banyak. Jika kita tidak bisa menjadi bagian dari mereka, setidaknya kita memberikan dukungan baik itu berupa dana jika kita mampu, menyumbangkan pikiran kita dengan memberikan informasi yang benar, tidak menyebarkan infromasi yang bersifat palsu atau hoax, atau bahkan kalau kita tidak bisa melakukan hal tersebut sedikitnya kita memberikan dukungan berupa semangat dan doa untuk mereka, serta kita menjadi garda terdepan untuk diri kita pribadi agar terhidar dari virus corona ini. 

       Jujur, saya merasa kagum dan merasa iri melihat segenap para pejuang kemanusiaan baik itu yang menyumbangkan hartanya, tenaganya, bahkan mereka rela mempertaruhkan jiwanya untuk menangani masalah ini. 


       Namun, di tengah situasi seperti saat ini saya juga sangat geram melihat tingkah laku orang atau oknum yang memanfaatkan momen ini untuk mencari sebuah keuntungan untuk memperkaya dirinya pribadi seperti yang saya saksikan di segelintir berita dan sosial media mulai dari penimbunan masker yang kemudian dijual dengan harga yang amat sangat tinggi, pembuatan handsanitizer yang tidak sesuai standar, pemalsuan data yang berkedok donasi kemanusiaan membantu korban virus corona, serta yang baru-baru ini diberitakan ialah oknum yang menimbun masker bekas sekali pakai untuk dijual kembali. Sungguh sangat memprihatinkan dan miris sekali mendengarnya. Seharusnya, disaat kondisi seperti ini hati kita tergerak untuk saling membantu meminimalisir angka kasus pandemi virus corona ini. Mengingat saat ini, angka kasus yang diakibatkan oleh virus corona per tanggal 30 Maret 2020 pukul 15:32 WIB tercatat sedikitnya 1285 orang dinyatakan positif, dan 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 orang meninggal.

      Maka dari itu, saya mencoba mengajak kepada semua masyarakat untuk bisa open minded, membuka mata dan telinga walaupun hanya melalui postingan di sosial media yang saya punya bahwa kita harus bisa bangkit melawan virus ini, kita pasti bisa melewati semua ujian ini jika kita mau bekerja sama, mau bersinergi menjalankan serangkaian kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah serta saran dari para ahli untuk sementara stay at home, jangan pergi kemana-mana dahulu, terapkan social distancing, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun, makanlah makanan yang bergizi, tahan terlebih dahulu hawa nafsu kita untuk piknik dan juga mudik, hanya kali ini saja, demi kebaikan kita bersama. Hingga semesta berkata “Keadaan sudah membaik, bumi telah sembuh dari sakit, kamu bisa bercengkrama kembali, di negeri ini, Ibu Pertiwi…"


 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - 
     Saya, Sirli Fitriani. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang mengajak kepada teman-teman semuanya untuk bisa bersama-sama menyatukan tekad dan semangat untuk bisa berperan serta sesuai kapasitasnya dalam menghadapi Covid-19 ini dengan sebaik-baiknya. 

     Lockdown diri sendiri bukan berarti kita diam tanpa ada aksi. Yuk, mari kita sama-sama bersinergi, selamatkan Ibu Pertiwi. Bila tak bisa dengan harta, kau masih punya tenaga, namun jika kau pun tak bisa, jadilah manusia yang bijak yang setidaknya dapat berkontribusi melalui cara lainnya baik itu menjaga diri kita, orang terdekat kita untuk mengikuti arahan dari pemerintah dan para ahli, demi kebaikan bersama. Mari kita mulai dan lanjutkan langkah kita dalam menghadapi Covid-19 ini dengan menjadi garda terdepan dimulai dari diri kita sendiri. 






Salam manis dariku,
シルラ・フトリアニ

Saturday, March 21, 2020

Knitting The Lost Hope

Knitting The Lost Hope



Many times I told in a poem
Through nicks with meaningful sribbles
          Pulled out a bunch of rotating stories

Flapping wings with a million imaginations
Flaying with unheald wound
          Reminded me of a hope, that began to dim helplessy

Asking for justice to the universe, even if my heart feels tight
There musn’t be the slightest word of surrender…
          A million dreams wander into the sky

Wrapped in twilight that’s so biting, called me while whispering
Come here, I’ll whisper even if it’s just a little
          Although I know, maybe it feels very difficult

But I know, you always have a way to get up
When this self has been dedicated, a dream and hope
          Musn’t be shaken in the slightest

Stringing knots of happiness
Continue the edict of the struggle, expect sustainable seeds
          Who never give up before winning

Kelas Biologi - Kompos

4 hal yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos :

• Browns
• Greens
• Water (air)
• Air (udara)

Apa yang termasuk Greens?
Greens itukan bahan organik yah, sesuai dengan namanya green bisa diidentikan dengan warna hijau, yang termasuk Greens itu di antaranya sisa sayuran, kulit pisang, sisa buah-buahan, sisa makanan yang ga habis, duri ikan, tulang, ataupun kulit telur.

Apa yang termasuk browns?
Sesuai namanya "browns" biasanya warnanya coklat. Nah, yang termasuk browns itu di antaranya potongan kardus, kardus tempat telur, gulungan kertas tisu yang ada di toilet (roll), koran, teh kantong yang telah terpakai, styrofoam, ampas kopi, kertas nasi uduk.

Apa itu layering?
Layering itu urutan lapisan saat kita hendak menata bahan-bahan kompos yang terdiri dari (browns dan greens).
Kalau dari materi yang sudah dipelajari itu dicontohkan ada sekitar 7 lapisan di mana diawali dan diakhiri dengan browns terlebih dahulu. Nah si browns & greens dipotong kecil-kecil semisal kayu, bucket bunga yang udah layu, rumput/dedaunan. Si Greens itu posisinya diapit sama browns. Jadi (browns, greens, browns, greens, browns, greens, browns).

Komposisi browns and Greens?
Komposisi browns itu lebih banyak daripada greens. Kalo dibuat perbandingan berdasarkan volume berarti browns:greens = 2:1 . Sedangkan, kalo berdasarkan berat browns:greens = 25-30:1.

Fungsi greens?
Greens itu berfungsi sebagai tempat di mana mikroorganisme itu berkembangbiak, karena kan mengalami proses pembusukan.

Fungsi browns :
Kalo browns berfungsi sebagai makanan bagi para mikroorganisme seperti bakteri, cacing, jamur, belatung, dsb.

Kenapa kompos mengeluarkan panas?
Karena kan di dalam kompos itu terdiri dari gas-gas, yakni salah satunya dari greens yang mana mengandung banyak Nitrogen (N2) dan dalam proses pengomposan itukan berarti ada proses saling bertukar/bercampur antara kandungan-kandungan yang ada di dalamnya (gas-gasnya bereaksi) gitu makanya menimbulkan panas.

Fungsi air?
Air berfungsi untuk melembabkan kompos yakni dengan cara menyiram kompos secukupnya ketika lapisannya telah tersusun.

Fungsi udara?
Kalo udara berfungsi untuk mempercepat proses penguraian pada kompos karena si mikroorganisme seperti cacing, bakteri, jamur, dsb. butuh udara juga, selain itu juga pas proses pengomposan itu kan menimbulkan panas, nah kalo panasnya berlebihan nanti mikroorganismenya bisa mati, maka dari itu perlu adanya udara.

Berapa lama proses pembuatan kompos?
Untuk pembuatan kompos sendiri tergantung kitanya, jadi ada yang cepat ada juga yang proses nya agak lama. Kalo posisi komposnya dibalik 1x dalam seminggu, itu bisa siap pakai 1-3 bulan. Tapi, bisa juga lebih cepat siap pakai kalo bahan-bahan yang digunain (greens & browns) nya dibuat dalam ukuran kecil-kecil sehingga memudahkan dalam proses penguraian sehingga kompos bisa siap pakai dalam waktu 18 hari atau sekitar (2 minggu lebih 4 hari) aja.

Kenapa bingung harus dibolongin?
Karena kompos membutuhkan udara.

Ciri-ciri sudah siap pakai?
(Warnanya, suhunya, baunya) harus kayak tanah. Berwarna coklat bukan warna lain, gak panas, dan gak berbau seperti pas masih jadi kompos (gak bau sayuran/buah busuk/lainnya).

Kenapa kompos diayak?
Karena agar kompos yang dihasilkan itu lebih halus dan punya ukuran yang seragam (ga terlalu besar-besar ataupun terlalu kecil-kecil). Untuk ukuran ajakannya sendiri bisa disesuaikan sama keinginan kita, tapi menurutku lebih baik yang sedang-sedang aja..

Kenapa kita perlu mengkompos?
Karena, sampah yang ada di sekitar kita ini banyak, salah satunya sampah organik. Daripada kita buang begitu aja dan menimbulkan bau yang tidak sedap, alangkah lebih baik kalau kita manfaatkan untuk dibuat menjadi sesuatu yang berguna dan mungkin ini sebagai reminder buat diri aku sendiri yang udah dapet materi ini dipelajaran biologi tentang cara buat kompos. Bisa dibayangkan hampir setiap hari kan kita mengkonsumsi makanan baik itu sayuran ataupun buah-buahan, dan pasti menyisakan sampah yang itu gak sedikit. Dengan mengkompos sedikitnya kita telah berbuat baik untuk diri kita sendiri dan juga untuk alam kita, khususnya tanah. Tanah akan jadi subur dan akhirnya kita juga bisa nanem tanaman dengan adanya kompos jadi makin terbantu prosesnya. Maka dari itu, mengkompos itu perlu.

Ceritakan salah satu masalah yang ada sekitarmu terkait cara masyarakat membuang sampahnya. Menurutmu bagaimana membangun kebiasaan baik bersama-sama.
Alhamdulillah kalau masyarakat sekitar di kampung aku udah lumayan peduli sampah. Biasanya mereka udah punya tempat sampah masing-masing walaupun tempat sampahnya masih pake plastik kresek gitu. Tapi lumayan lah daripada buang sampah sembarang. Mungkin, kalau di kampung aku karena masih banyak daerah-daerah kebun/hutan dan sungai dan jauh dari tempat pembuangan sampah skala besar, jadi buang sampahnya masih di belakang rumah gitu tapi aga jauh, deketnya sama kebun gitu. Mungkin yang jadi evaluasi itu sampah plastik, biasanya masih dibakar gitu disatuin sama sampah dedaunan kering, jadi asapnya itu yang suka ganggu tetangga sekitarnya.
Kalo menurut aku, kita sebagai orang yang sudah belajar gimana caranya ngompos sedikitnya berbagi atau mensosialisasikan sedikit demi sedikit dengan cara yang baik, semisal bisa ke anak-anak kecil di daerah setempat aku untuk belajar buang sampah di tempatnya, jangan dibuang sembarangan, dijelasin pake pendekatan ke anak-anak gitu. Terus kalo untuk ibu-ibu atau bapak-bapaknya bisa dengan kita gabung pas lagi ada kegiatan gotong-royong bersama (kalo di kampung aku hari sabtu minggu) nah kita sambil ngobrol sambil diselipin tentang perlunya peduli sampah dan daur ulang sampah yang kita bisa dan cenderung lebih mudah yakni buat kompos. Dari hal-hal itu, mungkin bisa jadi solusi atau bisa juga dengan keluarga aku dulu yang mulai mengkompos terus berkabar setelah kompos itu jadi dan menanam tanaman dari hasil kompos itu, bisa jadi kan mereka tertarik dan mau ikut coba juga.

Sejarah Singkat Kehidupan Glin


Glin, Si Gembul Yang Lucu

       Hari ini aku akan ceritain progres ulet yang aku punya. Jujur yah aku baru melihara ulet itu baru banget di hari Sabtu, 21 Maret 2020. Padahal kaka Aslab MK Biologi ngasih tugas untuk nyari dan melihara ulet sejak tanggal 5 Maret yah pas selesai mata kuliah biologi waktu itu. Singkat cerita, intinya aku bukannya gamau nyari sih, tapi waktu itu aku masih geli, masih takut karena aku salah satu orang yang sejak dulu jangankan liat ulet, untuk denger namanya aja aku udah histeris dan ngerasa ga nyaman. Tapi, pas mata kuliah biologi waktu itu aku udah ga terlalu takut banget sama ulet bahkan sempet berani nyentuh dan naro si ulat item yang ga berbulu yang waktu itu dibawa sama Ka Keke di kelas, dan aku berani walaupun ga lama dari itu aku gemeteran wkwkwk.

          Beberapa temen kelas aku udah pada gercep (gerak cepet) untuk let’s go and hunting ulat di sekitaran kampus waktu itu. Daerah sasaran pencarian si ulat adalah sekitaran kampus dan belakang asrama, katanya. Pantesan aja, beberapa hari setelah itu aku nyari si ulat ga nemu-nemu, ternyata populasi dia di sekitaran kampus udah habis diserbu sama pemburu ulat hahaha. Waktu itu banyak temen-temen yang cerita kalo udah pada dapet ulet.
       
         Ada yang nyari sendiri, ada yang nyari bareng-bareng sama temen sekelasnya pasca MK Biologi selesai, dan lucunya sampe ada yang buka joki, jastip dan open order ulat hahaha lol (laughing out loud). Kocak sih, tapi ya gini. Bahkan ada kak tingkat anak AKMAPALA juga open order ulat include sama rumah si ulatnya, whoa gila sih keren banget kan keluar nih jiwa-jiwa usahanya ehehehee

      Denger cerita dari temen-temen kelas yang udah pada dapet ulat, bahkan sampe dibawa-bawa dong ke kampus. Aku disitu posisinya belum punya ulet, jadi sifatnya aku waktu itu cuma ngamatin dan merhatiin si ulet itu kayak gimana. 

        Macem-macem deh ya tingkah laku anak kelas yang bikin aku nahan ketawa karena ada beberapa cerita lucu seputar kisah mereka yang udah pada melihara ulat, dikasih makan, dirawat, dikasih nama yang lucu-lucu lagi bahkan ada juga kelakuan anak kelas tuh masa ulatnya disuruh balapan wkwkwk. Udah kayak “Panji Sang Petualang” belum tuh guys? Tapi, juga yang menyedihkan kalo ulat yang mereka pelihara ada yang pada mati (udah pergi ke surga) katanya wkwkwk tapi sebenernya sempet sih beberapa kali dengan gak sengaja aku nemuin ulat baik itu pas di kampus ataupun pas di perjalanan aku arah mau ke kampus karena kebetulan aku ke kampus jalan kaki, tapi ga aku ambil dan karena sempet kepotong kesibukan untuk persiapan buat pembekalan dan pelaksanaan MODP waktu itu. Jadi, akhirnya dari situ aku mutusin buat melihara uletnya nanti aja pasca MODP. 

         That's why, this reason and now, aku baru 1 hari deh melihara si ulat. Aku kasih nama dia si “Glin”, karena dia lucu, gembul, dan warnanya hijau terang. Dia ulat daun sih kayaknya, mama aku yang nemuin di salah satu tanaman di pekarangan depan rumahku. Aku kasih dia tempat tinggal berupa toples berukuran sedang. Pas awal aku nemuin dia, ukurannya masih sekitar hampir 4,8 cm guys dan dia warnanya hijau terang kayak ulat yang diiklan teh pucuk gitu lucu banget banget.  


        Tapi eh tapi besok paginya (22/02/2020) pas aku liat dia di dalem toples itu udah banyak kotoran si ulat (poop💩💩💩) dan ukurannya agak lumayan besar. Daaaan yang anehnya lagi, warna tubuhnya berubah jadi kecoklatan (coklat tua) gitu astaga, terus awalnya dia gak gerak-gerak tuh, aku kira dia is dead. Perbandingan warna si Glin ketika berubah menjadi Brown bisa dilihat pada foto di samping.

       Ternyata, dia masih hidup dan aku touch touch dia pake stick ice cream, ternyata dia gerak dan jalan pelan-pelan. Alhamdulillah, Sehat sehat ya ulet sampe kamu berproses jadi kepompong dan jadi kupu-kupu cantik…😍


       Setelah itu, aku bersihin tempat tinggal dia, dan aku kasih dia daun untuk dia makan. Aku tinggal lah beberapa saat ke dalem rumah alhasil beberapa menit kemudian yang aku liat cuma ada ayam dan kucing di sekitaran halaman belakang rumah, dan si ulet udah gak ada. 

         Sehingga, yang bisa aku simpulkan dia mati dipatuk ayam. Dari sini, aku belajar bahwa kita gaboleh ceroboh,, harus hati-hati, kalo kita mau melihara hewan harus kita jaga dengan baik sampe dia tumbuh jadi versi terbaik dalam hidupnya karena semua itu berproses, gak ada yang instan.

      So, buat temen-temen yang ulatnya masih hidup sampe sekarang, jangan bosen dirawat yah sampe dia jadi kupu-kupu cantik.

          Okey, cukup sekian cerita singkat yang yang apalah apalah. Maaf kalo ga terhibur karena ini emang bukan komedi, maaf juga kalo krik krik karena ini bukan jangkrik. Tapi semoga, ada hikmah yang bisa dipetik ya dari secuil kisah ini.

        Btw, thank yaa yang udah sempet mampir dan baca sejarah singkat perkembangan Glin yang sempet aku pelihara selama 1 hari ini.






Salam manis dari Aku,
Sirl

Omong-omong Sepiring Nostalgia

Omong-omong Sepiring Nostalgia Kule sebenere rada ora rela, ya, lamun kudu ngebagi sios hal niki. Hm, tapi seuwise mikir cukup suwe, kayane ...